REPUBLIKA.CO.ID, Beberapa waktu lalu, warga Surabaya dikejutkan dengan adanya kejadian dimana seorang penghuni apartemen Eastcoast Pakuwon City yang mengalami gatal-gatal, luka si bagian wajah, serta tubuh dan lengan yang terasa panas akibat cairan beracun serangga Tomcat. Beberapa hari kemudian, diketahui pula Tomcat juga menyerang kawasan sekolah di wilayah Kenjeran dan beberapa lokasi di Wonorejo Surabaya.
Beberapa tahun terakhir, dilaporkan adanya gangguan kesehatan Dermatitis Contact Irritant, yang diakibatkan oleh racun paederin (C25H45O9N) yang ada di badan serangga Tomcat, kecuali di sayap.
“Jumlah yang terjangkit hingga ini mencapai 100 orang, tapi pada dasarnya tidak terlalu berat dan sebagian sudah sembuh dengan baik”, ujar Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kemenkes, Tjandra Yoga Aditama, dalam siaran pers, Kamis, (22/3).
Ia menjelaskan, serangga Tomcat digolongkan pada ordo Coleoptera (kelompok kumbang). Memiliki penampakan seperti semut dengan panjang tubuh sekitar 1 cm, dan memiliki sepasang sayap namun tersembunyi. Badan berwarna oranye dengan bagian bawah perut (abdomen) dan kepala berwarna gelap. Bila merasa terancam akan menaikkan bagian perut sehingga nampak seperti kalajengking. Ada 622 spesies yang menyebar di seluruh dunia.
Spesies di Indonesia yang menyebabkan dermatitis adalah Paederus peregrines. “Wabah dermatitis pernah dilaporkan juga di Australia, Malaysia, Srilangka, Nigeria, Kenya, Iran, Afrika Tengah, Uganda, Argentina, Brazil, Perancis, Venezuela, Ekuador dan India,” jelasnya.
Serangga ini, menurutnya merupakan kelompok serangga pertanian, sebagai predator hama pertanian seperti wereng, dan lain-lain. Habitat lingkungan adalah tempat yang lembab dan tanaman bersemak, seperti padi dan jagung. serangga tersebut bersifat kosmopolitan. Masyarakat biasa menyebut hewan ini dengan sebutan kumbang rove, semut semai, atau semut kayap.
Comments are closed